slideshow

Jumat, 14 Januari 2011

TRADISI OMED-OMEDAN DI BALI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1            . Latar Belakang

Setiap daerah tentunya memiliki kebudayaan dan tradisi tersendiri. Misalnya kita ambil contoh di Bali. Bali merupakan pulau yang penuh dengan budaya dan tradisi. Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama hindu. Kebudayaan masyarakat Bali masih sangat kuat sehingga kegiatan-kagiatan yang di lakukan oleh masyarakat Bali bargantung pada budaya yang ada. Adapun tradisi-tradisi yang sering kita dengar di antaranya : tradisi mekepung (Negara), tradisi megibung (Tabanan), tradisi dawang-dawang (Buleleng), tradisi omed-omedan (Sesetan) dan masih banyak tradisi lainnya.
Pada kesempatan ini kami akan membahas salah satu dari tradisi yang ada di Bali sebagai topik permasalahan yaitu tradisi Omed-omedan yang ada di Br.Kaje Sesetan.
Kami mengambil tradisi ini sebagi topik permasalahan karena tradisi  ini merupakan tradisi yang sangat terkenal di Bali khususnya di Denpasar dan bahkan sampai ke luar daerah Bali. Tradisi ini sangatlah unik dan banyak orang tertarik untuk ingin mengetahuinya. Karena itu Omed-omedan merupakan Ikon Budaya dan Pariwisata Denpasar
Hal tersebut membuat kami tertarik untuk menggunakannya untuk topic permasalahan dan membahasnya guna mengetahui lebih dalam mengenai tradisi Omed-omedan tersebut.

1.2            . Rumusan Masalah
            Adapun permasalahan yang kami ambil dari laporan permasalahan  ini antara lain:
1.2.1 Apa itu Tradisi ?
1.2.2 Apa Itu Omed-omedan ?
1.2.3 Apa makna dari Omed-omedan ?



1.3            . Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui pengertian Tradisi, mengetahui tentang tradisi Omed-omedan dan makna dari tradisi tersebut.

1.4            . Metode Penulisan
1.4.1 Dengan cara mencari di buku-buku yang bersangkutan dengan Tradisi di bali dan Berita mengenal Omed-omedan.
1.4.2 Mencari di media teknologi yaitu internet.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tradisi

Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

2.2 Omed-omedan

2.2.1 Pengertian omed-omedan
Omed-omedan atau juga disebut Med-medan rutin digelar setiap tahun, sehari setelah hari raya Nyepi atau yang disebut sebagai hari Ngembak Geni. Konon, acara ini sudah diwariskan sejak tahun 1900-an dan hanya bisa ditemukan di Banjar Sesetan. Warga setempat meyakini, bila acara ini tak diselenggarakan, dalam satu tahun mendatang berkah Sang Dewata sulit diharapkan dan berbagai peristiwa buruk akan datang menimpa.
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari berita “Pernah pada 1970-an ditiadakan, tiba-tiba di pelataran Pura terjadi perkelahian dua ekor babi. Mereka terluka dan berdarah-darah, lalu menghilang begitu saja,”hal tersebut di katakan oleh nara sumber Pasek Nyoman Adnyana, Kelian Adat Banjar Kaja. Peristiwa itu dianggap sebagai pertanda buruk bagi semua warga Banjar.
2.2.2 Peserta dan Tata cara dilakukkannya omed-omedan.
Omed-omedan di ikuti oleh puluhan anggota Sekaha Teruna-teruni (perkumpulan pemuda pemudi) Satya Dharma Kerthi Banjar Kaja Sesetan. Acara diawali dengan persembahyangan bersama, dan dilanjutkan pementasan tarian barong bangkal (barong berkepala babi) sampai penarinya kesurupan–tanda bahwa acara ini mendapat izin dari Ida Bathara yang berstana (bersemayam) di Pura Banjar.
Sekaha Teruna-teruni dibagi dalam dua kelompok. Sekaha Teruna (laki-laki) berdiri di satu sisi, dan anggota Sekaha Teruni (perempuan) berada di sisi lain. Setiap kelompok terdiri dari sekitar 30 remaja. Keduanya terpisah jarak sekitar 100 meter.
Dalam acara Omed-omedan ini Adapun Sejumlah petugas adat yang ditunjuk untuk mengatur acara meniup sempritan. Setelah Aba-aba diberikan, segera kemudian kedua kelompok saling berlari ke arah lawannya. Masing-masing mendorong seorang remaja yang diberi kesempatan pertama untuk saling berciuman, untuk kemudian ditarik secepat mungkin.
2.2.3 Awal Tradisi med-medan
Awalnya Raja Puri Oka marah besar melihat rakyatnya menggelar omed omedan (saling cium). Tak dinyana Raja yang sakit justru sembuh setelah melihat upacara tersebut. Kini tradisi itu dijadikan ajang mencari jodoh.
Kepala Adat Banjar, Wayan Sunarya menceritakan, tradisi omed omedan itu merupakan tradisi leluhur yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya ritual ciuman massal itu dilakukan di Puri Oka.
Puri Oka merupakan sebuah kerajaan kecil pada zaman penjajahan Belanda. Ceritanya, pada suatu saat konon raja Puri Oka mengalami sakit keras. Sang raja sudah mencoba berobat ke berbagai tabib tapi tak kunjung sembuh.
Pada Hari Raya Nyepi, masyarakat Puri Oka menggelar permainan omed-omedan. Saking antusiasnya, suasana jadi gaduh akibat acara saling rangkul para muda mudi. Raja yang saat itu sedang sakit pun marah besar.
Dengan berjalan terhuyung-huyung raja keluar dan melihat warganya yang sedang rangkul-rangkulan. Anehnya melihat adegan yang panas itu, tiba-tiba raja tak lagi merasakan sakitnya.
Ajaibnya setelah itu raja kembali sehat seperti sediakala. Raja lalu mengeluarkan titah agar omed-omedan harus dilaksanakan tiap hari raya nyepi. Namun pemerintah Belanda yang waktu itu menjajah gerah dengan upacara itu. Belanda pun melarang ritual permainan muda mudi tersebut.
Warga yang taat adat tidak menghiraukan larangan Belanda dan tetap menggelar omed-omedan. Namun tiba-tiba ada 2 ekor babi besar berkelahi di tempat omed omedan biasa digelar.
“Akhirnya raja dan rakyat meminta petunjuk kepada leluhur. Setelah itu omed-omedan dilaksanakan kembali tapi sehari setelah Hari Raya Nyepi,” kata Wayan Sunarya.

2.3 Makna Omed-omedan

 Menurut salah satu warga, acara itu tak memiliki makna khusus. “Memang awalnya hanya untuk keakraban dan bersenang-senang,” ia menjelaskan. Namun, tak urung, karena berbagai cerita turun-temurun yang mengiringinya, suasana sakral menjadi sangat kuat. Salah satunya adalah kisah tentang kesembuhan seorang raja dari Puri Oka, bernama A.A Made Raka, setelah ia menyaksikan omed-omedan. Padahal, sebelumnya ia datang ke lokasi acara dengan maksud hendak melarangnya, sebab dianggap sebagai biang keributan.
Tidak ada persyaratan tertentu untuk menjadi peserta acara itu. Siapa pun boleh ikut, asal merupakan anggota Sekaha Teruna-teruni di Banjar Kaja. Kekecualiannya cuma satu: remaja putri yang sedang datang bulan tak boleh ikut serta, untuk menjaga kesucian acara.
Bagi para peserta, tradisi ini tampaknya seperti menjadi ajang bersenang-senang. “Setelah seharian dalam suasana sepi, kita jadi lebih bersemangat,” kata Novita Sari, 17 tahun, yang mengaku tak malu berciuman di tengah orang ramai. Menurut dia, acara yang sudah dua kali diikutinya itu membuat tali persahabatan di antara para remaja di banjar menjadi semakin erat.
Lebih lagi, masih kata pelajar kelas 2 SMU ini, omed-omedan juga merupakan ajang yang tepat untuk mencari jodoh. Diam-diam ternyata mereka bisa meminta agar lawan yang akan dicium adalah “si dia” yang lagi dilirik. Jadi, baru kalau pesanan itu terpenuhi, adegan ciuman akan benar-benar berlangsung. Bila tidak, biasanya salah satu akan berusaha menghindar, meski terus dipaksa oleh kelompoknya.





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari laporan yang kami buat ini dapat kami tarikkesimpulan bahwa :
Pengertian Tradisi adalah Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
Omed-Omedan adalah sebuah tradisi cium-ciuman masal yang hanya ada di Br.kaja Sesetan. Omed-omedan atau juga disebut Med-medan rutin digelar setiap tahun, sehari setelah hari raya Nyepi atau yang disebut sebagai hari Ngembak Geni. Dan Tradisi ini, diyakini dapat menangkal bencana.

3.2 Saran-saran

Dari laporan yang kami buat ini, kami dapat memberikan saran kepada para pembaca agar senantiasa melestarikan tradisi di daerah anda. Karena Tradisi sangat penting untuk diadakan dan dilestarikan. Oleh karena itu juga Bali desenangi oleh para wisatawan baik local maupun mancanegara.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar